SEJARAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT
PANTAI PELABUHAN RATU
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah sosiologi perikanan
Oleh:
Kelompok 8
Riani Aprianti
Nurhasanah 230110130003
Siti Sopiah 230110130005
Ai Siti
Nurhalimah 230110130011
Aida Nurjanah 230110130019
Elisah Fiyanih 230110130024
Yulihda Fikrie 230110130034
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
2014
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah,
merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah STW, yang
karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah sebagai
tugas mata kuliah sosiologi perikanan yang
berjudul "Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Pantai Pelabuhan
Ratu"
Makalah ini dibuat
dengan berbagai pencarian sumber dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan
sumbangsih positif bagi kita semua
Jatinangor
, 6 Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ............................................................................................... i
Daftar
Isi........................................................................................................ ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang ........................................................................................ 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi.................. 3
2.2.
Kegunaan Teori....................................................................................... 7
2.3.
Perkembangan Teori Sosiologi................................................................ 7
2.4.
Teori Sosiologi Ekonomi......................................................................... 8
2.5.
Ekonomi dan Sosiologi sebagai Disiplin Ilmu......................................... 9
2.6.
Sosiologi Perikanan............................................................................... 11
BAB
III PEMBAHASAN
3.1.
Sejarah dan Mitos Pelabuhan Ratu........................................................ 13
3.2.
Upacara Hari Nelayan........................................................................... 17
3.3.
Kehidupan Nelayan Pantai Pelabuhan Ratu.......................................... 18
BAB
IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan............................................................................................ 23
4.2.
Saran...................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai negara
kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai sumber daya alam yang
besar baik sumber daya hayati maupun non hayati. Selain perairan laut, luas daratan Indonesia
juga menyimpan perairantawar yang begitu luas. Sebagaimana perairan laut
perairan tawar juga menyimpan potensi sumber daya alam yang tidak sedikit yang
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan penduduk Indonesia.
Pembangunan sumberdaya
perikanan menjadi salah satu andalan bagi bangsa Indonesia untuk turut serta
mengatasi krisis moneter yang berlangsung sejak tahun 1997. Sejalan dengan
arah kebijakan menekankan pada program
pengembangan agribisnis perikanan dengan tujuan menggalakkan perikanan
budidaya yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan, memperkuat dan mengembangkan usaha perikanan tahapnasional
secara efisien, lestari dan berbasis kerakyatan, memelihara kelanjutan sumber
daya perikanan serta ekosistem perairan umum serta memperkuat pengawasan dan
pengendalian dalam pemanfaatan sumber daya perikanan . Langkah-langkah tersebut
merupakan upaya konsisten untuk mencapai
misi pembangunan perikanan yakni dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan.
Peningkatan pera sektor
perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan daerah.
Peningkatan kecerdasan dan kesehatan masyarakat, melalui peningkatan konsumsi
ikan. Indonesia memiliki banyak sekali daerah pesisir mengingat Indonesia
merupakan Negara Kepulauan. Salah satunya adalah daerah pesisir Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat yang terbentang sejauh 117 km. Pesisir Kabupaten Sukabumi
memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah. Akan tetapi
sumberdaya tersebut masih belum terkelola dengan baik. Salah satu yang menjadi
perhatian utama dalam penelitian ini adalah kerusakan terumbu karang di
beberapa tempat di wilayah Sukabumi.
Pantai Palabuhanratu,
atau lebih populer sebagai Pantai Pelabuhan Ratu, adalah sebuah tempat wisata
di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat. Lokasinya terletak sekitar 60
km ke arah selatan dari Kota Sukabumi. Pantai ini dikenal memiliki ombak yang
sangat kuat dan karena itu berbahaya bagi perenang pantai. Topografinya berupa
perpaduan antara pantai yang curam dan landai, tebing karang terjal, hempasan
ombak, dan hutan cagar alam. Karena tempat ini mempunyai daya tarik sendiri,
Presiden Soekarno mendirikan tempat peristirahatannya pada tahun 1960 di Tenjo
Resmi. Selain itu, atas inisiatif Soekarno pula didirikanlah Samudera Beach
Hotel, salah satu hotel mewah pertama yang dibangun di Indonesia pada kurun
waktu yang sama dengan Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, dan Toko Serba Ada
"Sarinah", yang kesemuanya menggunakan dana pampasan perang dari
Jepang.
Masyarakat pantai selatan khususnya
Palabuhanratu percaya adanya penguasa laut selatan yaitu Ratu Kidul. Konon, ia
adalah seorang ratu yang cantik bagai bidadari. Di Laut Selatan - nama lain
dari Samudra Hindia - sebelah selatan Pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah
kerajaan makhluk halus yang besar dan indah. Pada bulan April biasanya masyarakat
sekitar Palabuhanratu mengadakan ritual upacara adat Hari Nelayan. Hari Nelayan
dimaksudkan sebagai syukuran atas rezeki yang telah mereka dapatkan dari hasil
laut dan agar dijauhkan dari bencana. Biasanya dalam upacara ini disediakan
sesaji berupa kepala kerbau yang nantinya akan dilarung ke tengah laut.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1.Tokoh-tokoh
yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi
Auguste Comte (1798 – 1857)
·
Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi
terdiri dari dua bagian pokok, yaitu sosial statistik dan sosial dinamis.
·
Sebagai social statistics sosiologi
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
·
Social
dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut
berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.
Tiga
tahap perkembangan pikiran manusia
a) Tahap
teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas
manusia.
b) Tahap
metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia
ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.
c) Tahap
positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara
ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Emile Durkheim (1858-1917)
Sosiologi
meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosialnya.
Sosiologi dibagi ke dalam tujuh seksi, yakni :
a. Sosiologi
umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia
b. Sosiologi
agama.
c. Sosiologi
hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial, perkawinan
dan keluarga.
d. Sosiologi
tentang kejahatan.
e. Sosiologi
ekonomi yang mencakup unuran-unuran penelitian dan kelompok kerja.
f. Demografi
yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan.
g. Sosiologi
estetika.
Max Weber (1864-1920)
§ Sosiologi
adalah ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial.
§ Teori
Ideal Typus, yaitu suatu kosntruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat.
§ Ajaran-ajarannya
sangat menyumbang sosiologi, misalnya analisisnya tentang wewenang, birokrasi,
sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi dan seterusnya.
Charles Horton Cooley (1864-1929)
Mengembangkan
konsepsi mengenai hubungan timbalbalik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara
individu dengan masyarakat. Teorinya mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan
damai sebagaimana dijumpai pada masyarakatmasyarakat yang masih bersahaja. Prihatin
melihat masyarakat-kasyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga
masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebih-lebihan kesempurnaannya.
Pierre Guillaurne Frederic Le Play
(1806-1882)
Mengenalkan
metode tertentu di dalam meneliti dan menganisis gejala-gejala sosial yaitu
dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis
induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial. Hasil penelitiannya,
bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi
organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.
Ferdinand Tonnies
Teorinya
mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang
menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah
serta bersifat kekal. Gesellschaft
(patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir
yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.
Leopold Wiese (1876-1949)
Sosiologi
adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan
sosial. Objek khusus sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial.
Alfred Vierkandt (1867-1953)
Sosiologi
terutama mempelajari interaksi dan hasil interaksi tersebut. Masyarakat
merupakan himpunan interaksi-interaksi sosial, sehingga sosiologi bertugas
untuk mengkonstruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan. Dasar
semua struktur sosial adalah ikatan emosional;tak ada konflik antara kesaradan
individual dengan kelompok, oleh karena itu individu tunduk pada tujuan
kelompoknya.
Lester Frank Ward(1841-1913)
Sosiologi
bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuanmanusia. Ia membedakan antara pure sociology (sosiologimurni) yang
meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala sosial, dan apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari
perubahan-perubahan dalam masyarakat karena usaha-usaha manusia. Kekuatan
dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan.
Vilfredo Pareto (1848-1923)
Sosiologi
didasarkan pada observasi terhadaptindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta
fakta dan rumus-rumus matematis. Masyarakat merupakan sistem kekuatan yang
seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan
tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari
keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
George Simmel (1858-1918)
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang khusus,yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan
analitis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Objek
sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia
William Graham Summer (1840-1910)
Sistem
sosiologi didasarkan pada konsep in-group
dan out-group. Masyarakat merupakan
peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Empat dorongan yang universal dalam
diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut, dan rasa hampa.
Robert Ezra Park(1864-1944)
Pelopor
mazhab Ekologi. Sosiologi meneliti
masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia.
Karl Mannheim (1893-1947)
Pelopor
sosiologi pengetahuan, menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan. Akar
dari segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam
ketegangan-ketegangan yang timbul disemua lapangan kehidupan. Planning for freedom, yaitu semacam
perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan
aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok manusia.
2.2.Kegunaan
Teori
Suatu
Teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau
pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu
yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Teori merupakan
hubungan dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Variabel
merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan yang
mempunyai nilai-nilai yang berbeda, misalnya usia, jenis kelamin, dsb.
Kegunaan
Teori antara lain :
1) Suatu
teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar daripada hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari
sosiologi.
2) Teori
memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang
memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.
3) Teori
berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari
oleh sosiologi.
4) Suatu
teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina
struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting
untuk penelitian.
5) Pengetahuan
teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial,
yaitu usaha untuk dapat mengetahui kearah mana masyarakat akan berkembang atas
dasar fakta yang diketahui pada masa lampau dan pada dewasa ini.
2.3.Perkembangan
Teori Sosiologi
Plato (429-347 SM)
Seorang
Filosof Romawi. Plato bermaksud merumuskan suatu teori tentang bentuk negara
yang dicita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis
terhadap sistem-sistem sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan bahwa
masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu
masyarakat akan mengalami kegoncangan, sebagaimana halnya manusia perorangan
yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur pengendali,
sehingga suatu negara seyogyanya juga merupakan refleksi dari ketiga unsur yang
berimbang atau serasi tadi. Dengan jalan menganalisis lembaga-lembaga di dalam
masyarakat, maka Plato berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga
tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh.
Dengan
demikian maka Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat,
yang mencakup bidangbidang kehidupan ekonomis dan sosial. Suatu unsur yang
menyebabkan masyarakat berdinamika adalah adanya sistem hukum yang identik
dengan moral, oleh karena didasarkan pada keadilan.
Aristoteles (384-322 SM)
Di
dalam bukunya Politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap
lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam
arti luas mencakup juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Sebagaimana halnya
dengan Plato, perhatian aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya
mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organismebiologis manusia.
Disamping itu Aristoteles menggarisbawahi kenyataan bahwa basis masyarakat
adalah moral (etika dalam arti sempit).
2.4.Teori Sosiologi Ekonomi
Secara historis perkembangan pemikiran
Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan oleh berkembangnya paham-paham,
pemikiran-pemikiran dan teori-teori tentang ekonomi yang melihat cara kerja
sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi.
Salah satu dari paham-paham, teori-teori,
pemikiran-pemikiran yang mendukung perkembangan Sosiologi Ekonomi tersebut
adalah Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama
dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan
kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan Negara.
Didalam kehidupan masyarakat sebagai satu
system maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja.
Oleh karena itu, didalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu
dihubungkan antara faktor ekonomi dengan factor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Faktor-faktor
tersebut antara lain: faktor agama dan nilai-nilai tradisional, ikatan
kekeluargaan, etnisitas, dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh
yang langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor agama dan nilai-nilai
tradisional: ada nilai-nilai yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi
ada pula nilai-nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan
kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, yang
terkadang mendorong pertumbuhan dan terkadang pula menghambat pertumbuhan
ekonomi.
2.5. Ekonomi dan Sosiologi sebagai Disiplin Ilmu
Pada mulanya, pada periode dominasi
pemikiran-pemikiran filosofis, kegiatan ekonomi dan perilaku sosial tidak dapat
dibedakan. Keduanya merupakan sebuah kesatuan. Namun seiring peradaban manusia
yang semakin maju dan kompleks dengan segala variasinya, ilmu pengetahuan
semakin spesifik dan terspesialisasi, ekonomi pun mulai terpisah dari ilmu
sosial lainnya.
Baik Ekonomi maupun Sosiologi merupakan
disiplin ilmu yang mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat
terlihat dari fenomena ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara individu
atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka
yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan konsumsi (pertukaran).
Dengan sendirinya dalam pemenuhan
kebutuhannya atau dalam melakukan tindakan ekonomi, seseorang akan berhubungan
dengan institusi-institusi sosial (dapat dikatakan: berinteraksi sosial)
seperti pasar, rumah sakit, keluarga dan lainnya. Smelser mendefinisikan ilmu
ekonomi: “studi mengenai cara individu atau masyarakat memilih, dengan atau
memakai uang, untuk menggunakan sumber daya produktif yang dapat mempunyai
alternatif untuk menghasilkan berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk
konsumsi, sekarang atau masa depan, di antara berbagai orang dan kelompok orang
dalam masyarakat.
Dalam pandangan neoklasik, mereka menilai
bahwa agen ekonomi (individu subjek) adalah independent dan rasional ketika
mengejar kepentingan diri, sehingga dapat memaksimalkan manfaat atau
keuntungan. Dalam konteks ini (ekonomi) uang dijadikan alat analisis yang
dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis individu. Dengan menggunakan uang
sebagai alat analisis, hasil yang dicapai dari analisis tersebut menjadi eksak
dan terukur. Meski penjelasan yang didapat masih bersifat materil saja.
Uang sebagai tolak ukur ternyata menemukan
signifikansinya ketika ditempatkan pada wilayah praktek dengan berasumsi individu
sebagai independent rasional ketika mengejar kepentingan diri. Dideskripsikan
dalam logika dalam berbisnis, yang dalam prakteknya selalu mengusahakan pilihan
terbaik agar seseorang (pebisnis tersebut) memperoleh uang sebanyak-banyaknya.
Disini tolak ukur yang digunakan dalam menilai kesuksesan seseorang di mata
masyarakat adalah uang.
Sedangkan sosiologi merupakan disiplin ilmu
yang berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang
memang sudah seharusnya demikian, benar, dan nyata.
Kelahiran sosiologi berawal dari Eropa Barat
di mana terjadi proses-proses perubahan seperti pertumbuhan kapitalisme pada
akhir abad ke-15; perubahan-perubahan di bidang sosial dan politik perubahan
yang berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme;
lahirnya ilmu pengetahuan modern berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri,
dan revolusi industri pada abad ke-18 seerta revolusi Perancis.
Meskipun sosiologi juga menempatkan manusia
dan masyarakat sebagai objek material bersama dengan ekonomi namun ia (sosiologi)
memiliki perangkat dan wilayah analisis yang berbeda dengan ilmu ekonomi.
Sosiologi berusaha memberikan kategorisasi, diferensiasi, simplifikasin dan
generalisasi terhadap fakta sosial yang diamati. Dengan demikian dapat disusun
variabel-variabel yang dapat dioperasionalisasikan dalam analisis.
Elemen-elemen observasinya berupa regularitas, orientasi sosial individu dan
kelompok, struktur sosial, sanksi-sanksi, norma-norma, dan nilai-nilai.
Berbeda dengan ekonomi, variabel yang dikembangkan sosiologi
tidaklah eksak, pasti atau terukur. Bukan sebuah kalkulasi dari sebuah
mekanisme. Karena itu, saat menghubungkan antara variable dalam sosiologi
memiliki titik rawan yang berlainan tatanannya. Untuk sebuah variable terikat,
jenis yang menjadi variable bebasnya tidak bisa ditentukan kemutlakannya.
2.6. Sosiologi Perikanan
Sosiologi
perikanan merupakan cabang sosiologi yang mempunyai objek khusus yaitu
masyarakat pesisir yang hidup dari sumber daya laut seperti,
nelayan,buruh,pembudidaya, penangkapan, tambak di daerah air laut, tawar dan
air payau sesuai dengan potensi-potensi sumberdaya perikanan di daerah
tersebut (Adnans, 1997).
Peranan
Sosiologi Perikanan antara lain (Adnans, 1997):
1. Masyarakat
Perikanan sebagai obyek dalam melaksanakan kehidupannya;
2. Dapat
mendiskripsikan dan memprediksi perilaku anggota masyarakat perikanan;
3. Mempelajari
obyek apa yang terjadi saat Ini, bukan apa yang seharusnya terjadi;
4. Mengamati
indikator-indikator dari proses kehidupan masyarakat perikanan atau di
masyarakat pesisir yang sebagian besar mengalami kemiskinan.
Kegunaan Masyarakat Pesisir antara lain
(Adnans, 1997) :
1. Mengetahui
gejolak sosial yang terjadi dalam kehidupan masyrakat perikanan ;
2. Menjadi
kebutuhan sarjana perikanan sebagai agen pembaharu yang mampu bekerja secara
professional ;
3. Memberikan
penilaian dalam proses perkembangan masyarakat perikanan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Sejarah
dan Mitos Pantai Pelabuhan Ratu
a.
Menurut
Legenda Sunda
Meskipun dalam kepercayaan Jawa, Nyi
Rara Kidul adalah bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul. Namun, masyarakat Sunda
mengenal penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat yang berwujud
perempuan cantik yang disebut Nyi Rara Kidul sebagai Kanjeng Ratu Kidul.
Berikut kisahnya menurut masyarakat Sunda:
Di masa lalu, hiduplah Dewi Kadita, anak
dari Raja Munding Wangi, Raja Kerajaan Pajajaran, yang sangat cantik rupawan.
Walaupun sang raja memiliki seorang putri cantik, tapi ia selalu bersedih. Hal
ini karena ia lebih mengharapkan anak laki-laki. Untuk mewujudkan asanya
tersebut, maka Raja pun menikahi Dewi Mutiara, sehingga ia mendapatkan putra
dari perkawinan tersebut.
Akan tetapi, Dewi Mutiara ingin agar
kelak putranya itu menjadi raja tanpa ada penantang atas takhtanya. Ia pun
berusaha menyingkirkan Dewi Kadita. Salah satu caranya adalah dengan menghadap
Raja dan meminta agar sang Raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah
tentu Raja menolak. Namun, Dewi Mutiara pantang menyerah.Keesokan harinya, Dewi
Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang tukang tenung. Dia meminta
sang dukun meneluh Kadita, anak tirinya. Maka, karena teluh sang dukun tubuh
Kadita dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal pada esok paginya. Puteri yang
cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.
Melihat penderitaan putrinya tersebut,
maka Sang Raja mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya.
Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar. Seseorang pasti telah
mengutuk atau mengguna-gunainya.Namun, masalah menjadi semakin rumit ketika
Ratu Dewi Mutiara memaksa Raja untuk mengusir putrinya karena akan mendatangkan
kesialan bagi seluruh negeri. Sang Raja terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara
untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu karena beliau tidak
menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri. Puteri yang malang
itu pun pergi berkelana sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Hampir tujuh
hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia
memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya
yang airnya biru atau hijau. Tiba-tiba ia mendengar suara gaib yang menyuruhnya
terjun ke dalam Laut Selatan. Dia melompat ke dalam air dan berenang.
Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan
itu menyentuh kulitnya keajaiban pun terjadi. Bisulnya lenyap. Tidak ada
tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Bahkan dia menjadi lebih
cantik daripada sebelumnya. Kini dia memiliki kuasa dalam Samudera Selatan dan
menjadi seorang dewi yang disebut Nyi Rara Kidul yang hidup selamanya. Dalam
cerita tersebut kawasan Pantai Palabuhan Ratu secara khusus dikaitkan dengan
legenda ini.
b.
Menurut
Legenda Jawa
Orang
Jawa mengenal sebuah istilah “telu-teluning atunggal” yang artinya tiga
sosok yang menjadi satu kekuatan. Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati,
dan Ratu Kidul. Panembahan merupakan pendiri kerajaan Mataram Islam.Dalam
sebuah tiwikrama sesuai arahan Sunan Kalijaga karena sebuah wangsit untuk
membangun sebuah keraton di sebuah hutan ‘alas mentaok” (kini Kotagede di
Daerah Istimewa Yogyakarta) Panembahan Senopati dipertemukan oleh Ratu Kidul. Ketika
sedang bertapa tersebut, menurut cerita
semua alam menjadi kacau, ombak besar, hujan badai, gempa, dan gunung meletus.
Dalam perjumpaannya dengan Ratu Kidul, wanita penguasa laut selatan tersebut
setuju membantu dan melindungi Kerajaan Mataram. Bahkan dipercaya menjadi
“istri spiritual” bagi Raja-raja trah Mataram Islam.
Bagi orang Jawa, pemahaman tentang
penguasa laut selatan yang berkembang di masyarakat Sunda harus diluruskan.
Bagi mereka antara “Rara kidul” dengan
“Ratu kidul” sangat berbeda. Dalam kepercayaan Kejawen, alam kehidupan itu
terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu alam Kadewan, alam Nabi, alam Wali, alam
Menungsa (Manusia), dan yang akan datang adalah alam Adil.
Menurut mitologi Jawa, Ratu Kidul
merupakan ciptaan dari Dewa Kaping telu yang mengisi alam kehidupan sebagai
Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam lainnya. Sementara Rara Kidul merupakan
Putri dari Raja Sunda yang terusir karena ulah dari ibu tirinya dan menjelma
menjadi sosok penguasa setelah menceburkan diri ke laut selatan. Oleh karena
itu keduanya beda fase tahapan menurut mitologi Jawa.
c.
Pemitosan
Ratu Laut Selatan
Berbagai macam ritual dan penghormatan
dilakukan orang untuk menghormati Kanjeng ratu Kidul. Di Karang Hawu, Pelabuhan
Ratu misalnya, terdapat tempat petilasan (persinggahan) Ratu Pantai Selatan
yang sering dikunjungi orang untuk melakukan ritual tertentu. Komplek tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Terdapat dua ruangan cukup besar dengan beberapa makam yang menurut pandangan
penduduk sebagai makam Eyang Sanca Manggala, Eyang Jalah Mata Makuta dan Eyang
Syeh Husni Ali. Selain itu juga terpampang gambar sang penguasa Laut Selatan.
Bahkan, penghormatan atau pemuliaan kepada Penguasa laut selatan juga terlihat
di Vihara Kalyana Mitta, kelenteng di bilangan Pekojan, Jakarta Barat.
Selain itu penghormatan terhadap ratu
Laut Selatan juga terlihat pada sedekah laut. Masyarakat nelayan pantai selatan
Jawa, seperti pantai Pelabuhan Ratu, Ujung Genteng, Pangandaran, Cilacap,
Sakawayana dan sebagainya, setiap tahun melakukan sedekah laut sebagai
persembahan kepada sang Ratu karena menjaga keselamatan para nelayan. Selain
itu, di saat-saat tertentu juga digelar ritual sebagai rasa terima kasih mereka
terhadap sang penguasa laut selatan oelh penduduk setempat.
Bukan hanya penghormatan dan ritual yang
melahirkan pemitosan terhadap Ratu Kidul. Bahkan ada semacam larangan memakai
pakaian hijau ketika berenang di Pantai Selatan Jawa. Peringatan selalu
diberikan kepada orang yang berkunjung ke pantai selatan untuk tidak mengenakan
pakaian berwarna hijau, sehingga mereka tidak menjadi sasaran Nyai Rara Kidul
yang akan mengambil mereka untuk dijadikan tentara atau pelayannya.
Pada beberapa hotel di pantai selatan
Jawa dan Bali pemitosan terhadap sosol penguasa laut selatan ini bahkan nyata
tergambar pada kamar yang disediakan khusus untuk Kanjeng ratu Kidul. Di
antaranya, kamar 327 dan 2401 di Hotel Grand Bali Beach. Ketika terjadi
kebakaran besar pada Januari 1993, kamar 327 adalah satu-satunya kamar yang
tidak terbakar. Dengan keajaiban itu, maka setelah renovasi kamar 327 dan 2401
selalu dirawat, diberi hiasan ruangan dengan warna hijau, diberi sesaji setiap
hari, tetapi tidak untuk disewakan. Kamar tersebut khusus dipersembahkan untuk
Ratu Kidul. Begitu pula halnya di Hotel Samudra Beach, Pelabuhan Ratu. Kamar
308 disiapkan khusus bagi Ratu Kidul. Di dalam ruangan ini terpajang beberapa
lukisan Kanjeng Ratu Kidul karya pelukis Basoeki Abdullah. Di Yogyakarta, Hotel
Queen of The South di dekat Parangtritis mereservasi Kamar 33 bagi Sang Kanjeng
Ratu. Inilah sedikit gambaran tentang pemitosan sosok Kanjeng Ratu Kidul di
masyarakat kita.
3.2.
Upacara
Hari Nelayan
Upacara
adat yang hidup dan berkembang di Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat merupakan
wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka.
Salah satunya adalah upacara Labuh Saji yang dilaksanakan oleh masyarakat
nelayan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan
kesejahteraan dalam kehidupan mereka.
Upacara
adat labuh saji merupakan tradisi turun-temurun nelayan Palabuhanratu untuk
memberikan penghormatan kepada seorang putri bernama Nyi Putri Mayangsagara
atas perhatiannya terhadap kesejahteraan nelayan. Mayangsagara mulai melakukan
upacara labuh saji sebagai tradisi tahunan sejak abad ke-15 untuk memberikan
bingkisan kepada Nyi Roro Kidul yang waktu itu dipercaya sebagai penguasa laut
selatan. Mayangsagara melakukan upacara itu agar rakyatnya mendapat
kesejahteraan dari pekerjaan mereka sebagai nelayan.
Mitos
yang berkembang menyatakan, Nyi Putri Mayangsagara merupakan putri Raden
Kumbang Bagus Setra dan Ratu Puun Purnamasari yang berkuasa di Kerajaan Dadap
Malang (kini masuk wilayah Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi).
Bagus Setra adalah keturunan Kerajaan Pakuan (Bogor) yang meninggalkan kerajaan
dan memilih berdiam di Dadap Malang karena konflik internal.
Dalam
syukuran nelayan, sepasang ayah dan putrinya yang digambarkan sebagai
Mayangsagara dan Bagus Setra diarak dari Pendapa Kabupaten Sukabumi ke dermaga
Palabuhanratu. Mayangsagara dan Bagus Setra yang naik delman menjadi pusat
perhatian ribuan pengunjung dalam setiap kali perayaan syukuran nelayan.
Berlokasi
di Kelurahan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, dilaksanakan setiap tanggal 6
April (Hari Nelayan). Labuh (melabuh/menjatuhkan ) sesajen ke laut dengan
harapan agar hasil tangkapan berlimpah setiap tahun dan memelihara hubungan
baik dengan Nyi Roro Kidul.
Dahulu
sesajen yang digunakan berupa kepala kerbau/kambing, namun sekarang diganti
dengan menaburkan benih ikan, benur (bibit udang), dan tukik (anak penyu) ke
tengah teluk Pelabuhanratu.Tukik dan sidad adalah wujud kesuburan laut. Untuk
itulah, nelayan menebarnya ke laut dengan harapan laut Palabuhanratu tetap
subur dan memberikan banyak ikan bagi setiap nelayan yang turun ke laut.
3.3.
Kehidupan
Nelayan Pantai Pelabuhan Ratu
Pelabuhan
Ratu - Pantai Pelabuhan Ratu merupakan salah satu obyek wisata kebanggaan
Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pelabuhan Ratu cukup terkenal karena
panorama alamnya yang indah, udaranya yang sejuk dan hamparan pasir pantainya
yang luas. Keindahan panorama alam perairan pinggiran Laut Selatan itu berpadu
dengan cerita mistis tentang seorang ratu penguasan laut selatan.
Pantai
Pelabuhan Ratu juga terkenal dengan gelombang air laut (ombak) yang tinggi dan
stabil sehingga menjadi tempat tujuan bagi para pecinta surfing dibulan Mei
hingga Oktober ketika kondisi ombak sedang tinggi. Beberapa tempat surfing yang
biasa sering didatangi wisatawan seperti Batu Guram, Karang Sari, Cimaja,
Karang Haji, Indicator, Sunset Beach, Ujung Genteng dan Tujuh Ombak.
Diatas
batu karang yang menjorok ke pantai kita bisa melihat deburan ombak yang
menabrak karang dengan suara yang bergemuruh serta aktifitas para nelayan
setempat yang sedang mencari ikan dikejauhan pantai. Jika kita beruntung kita
dapat menemui tradisi-tradisi masyarakat setempat yang biasa dilakukan
dipinggir pantai seperti acara pesta laut dengan melarungkan kepala kerbau dan
sesaji lainnya ke tengah laut yang biasa di selenggarakan setiap tanggal 5
April. Acara tahunan lainnya yaitu rutial mandi suci yang biasa disebut
masyarakat setempat Ngabungbang.
Dibalik
keindahan Pantai Pelabuhan Ratu yang mempesona kita secara kasat mata juga disuguhkan
dengan aura mistis yang cukup kental, sebut saja Hotel Inna Samudera Beach yang
pernah menjadi tempat penginapan favorit Presiden RI Soekarno. Banyak mitos
yang berkembang dilingkungan setempat bahkan di Jawa Barat kalau di hotel
tersebut Nyi Roro Kidul pernah singgah yang tepatnya dikamar No. 308. Kamar
tersebut sering dijadikan tempat bersemedi mencari ketenangan batin dan
keberkahan hidup.
Pengunjung/wisatawan
hotel boleh melihat-lihat suasana kamar tersebut yang menggambarkan kemegahan
istana penguasa pantai selatan dengan dominasi warna hijau dimana merupakan
warna kesukaan dari Nyi Ratu Roro Kidul.
Telepas
dari semua itu Pantai Pelabuhan Ratu juga merupakan surganya penyu, Pantai
Pelabuhan Ratu terkenal sebagai tempat bertelur dan berbiaknya penyu. Kita
tentu berharap semoga keseimbangan alam yang terdapat di Pelabuhan Ratu terus
tetap terjaga baik itu pesona alamnya dan ekosistem kehidupan sekitarnya.
Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana akan meningkatkan status Pelabu¬han
Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan Ratu menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS). “Sudah saatnya PPN Pelabuhan Ratu kita tingkatkan statusnya menjadi
PPS, untuk itu tahun depan akan kita
akan usulkan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemen PAN-RB). Jika
disetujui, kita akan segera
melakukan pembangunan pada 2014,” jelas Menteri Kelautan dan Perikanan
Sharif C.Sutardjo di PPN Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Kamis (22/11).
Pasalnya,
lanjut Sharif, jika dilihat dari tolak ukur dan persyaratan dan klasifikasi PPN
Pelabuhan Ratu terbilang sudah memadai. Hanya saja, yang menentukan ini bisa
naik kelasnya menjadi PPS yakni dari
Menteri PAN-RB.
Sharif menjelaskan, di dalam usulan tersebut tidak
hanya PPN Pelabuhan Ratu saja tetapi di dalam usulan tersebut turut pula
dimasukkan PPN Ambon, karena dua lokasi tersebut telah memenuhi syarat sebagai
PPS jadi tinggal menuju persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi.
Sementara
untuk kriteria persyaratan menjadi PPS, Sharif menjelaskan, yakni
tersedianya fasilitas yang memadai,
breakwater, dermaga yang mampu melayani
kapal diatas 100 GT, serta produk perikanan yang berkualitas eskpor.
“PPN
Pelabuhan ratu memenuhi persyaratan untuk dapat ditingkatkan menjadi PPS,
setidaknya ini terlihat dari, industri-industri perikanan yang sudah berjalan,
kapal yang bersandar pun sudah banyak
serta berbagai kelengkapan infrastruktur penunjang telah memadai,” tuturnya.
Peningkatan
status PPN Pelabuhan Ratu menjadi PPS
tersebut, lanjut Sharif untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi PPN Pelabuhan Ratu sebagai pusat transaksi
perikanan dan sebagai media peningkatan pendapatan masyarakat.
“Peningkatan
fasilitas maupun kapasitas sarana dan prasarana PPN Pelabuhan Ratu pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan, serta
mendorong berkembangnya usaha perikanan rakyat dan membantu tercapainya iklim
yang kondusif bagi pertumbuhan dunia usaha perikanan,” sambungnya.
KKP
menyatakan komitmennya untuk terus
berupaya meningkatkan ketersediaan prasarana pendukung pelabuhan perikanan,
serta mendorong investasi dari pihak swasta baik pada kegiatan hulu, proses
produksi maupun kegiatan hilir untuk menunjang percepatan industrialisasi di
sektor perikanan tangkap.
Seperti
diketahui sebelumnya, KKP terus menggencarkan, pembangunan dan pengembangan di
816 pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia. Pada 2013, KKP berencana akan
menetapkan 11 lokasi model percontohan industrialisasi perikanan tangkap.
Yakni, 5 lokasi pelabuhan perikanan untuk komoditas tuna tongkol cakalang (TTC)
dan 6 lokasi pelabuhan untuk komoditas non-TTC (pelagis kecil dan udang).
Selain itu, KKP akan melanjutkan pembangunan pelabuhan perikanan di 20 lokasi
dan 22 UPT pusat.
Pembangunan
dan pengembangan pelabuhan perikanan ini sebagai langkah nyata KKP untuk
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada komoditas
kelautan dan perikanan. Selain itu, merupakan wujud nyata dari implementasi
dari Peraturan Presiden No.26/2012 terkait cetak biru pengembangan sistem
logistik nasional serta wujud dari Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Keppres No.10/2011.
Direktur
Jenderal Perikanan Tangkap Heryanto Marwoto menambahkan, PPN Pelabuhan Ratu
merupakan Pelabuhan Perikanan Nusantara yang mampu melayani pendaratan kapal
hingga 100 GT, dan menjadi salah satu
tempat pusat pelelangan ikan.
Marwoto
menjelaskan, komoditi ikan yang paling
dominan adalah ikan jenis tuna, tongkol, cakalang (TTC) dan layur.
Komoditas TTC memegang peranan penting di PPN Pelabuhan Ratu dan menjadi
komoditas ekspor andalan, khususnya ke Korea, Jepang, dan China.
TTC
telah berkontribusi besar terhadap pengembangan industrialisasi di Pelabuhan
Ratu, sehingga komoditas inilah yang kita upayakan dilakukan percepatan dan
pengelolaannya secara maksimal. Hal tersebut turut pula didukung dengan Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP-RI) 573 yang
terletak di Samudera Hindia terutama di
Pantai Selatan Jawa Barat masih berada pada level eksploitasi moderat
(sumberdaya perikanan yang masih dapat ditingkatkan). Sehubungan dengan itu,
Kabupaten Sukabumi memiliki tujuh
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Marwoto
memperkirakan, untuk komoditas TTC di
PPN Pelabuhan Ratu nilai produksinya mencapai Rp 225 miliar pada tahun ini.
“Tiap harinya sebanyak 35 ton/hari ikan tuna didaratkan nelayan di PPN
Pelabuhan Ratu. Bahkan, kemarin sore saja ada dua kapal yang mendaratkan tuna
sebanyak 18 ton,” jelasnya.
Sementara
pada 2011, nilai produksi ikan di PPN Pelabuhan Ratu sebesar Rp 212,84 milyar.
Jika dilihat dari sisi volume sebanyak
13.814 ton, dimana sekitar 64,64 persen (4.930) merupakan komoditas favorit
tuna, tongkol, dan cakalang (TTC).
Tercatat,
dari bulan Januari hingga November 2012 aktivitas kapal yang masuk di PPN
Pelabuhan Ratu sebanyak 5.548 unit kapal, dan kapal yang melakukan aktivitas
bongkar muat sebanyak 4.636 unit kapal. Sedangkan, perputaran uang di PPN
Pelabuhan Ratu berkisar Rp3- 5 miliar/hari.
Terkait
kawasan industri yang berada di PPN Pelabuhan Ratu, Marwoto menjelaskan, KKP
akan menyiapkan lahan tambahan seluas 9 ha, lantaran lahan untuk kawasan
industri sudah tidak memadai lagi.Tercatat,
ada sebanyak 30 perusahaan yang
bergerak di industri perbekalan, pengolahan ikan dan jasa. Sementara untuk
mengangkut hasil perikanan dengan tetap
menjaga kualitas dan mutu hasil perikanan yang akan dipasarkan , KKP bersama-sama dengan pihak swasta telah
menyiagakan sebanyak 21 unit truk ber-refrigerasi (refrigerated truck) dan truk
berinsulasi (insulated truck) untuk mendistribusikan hasil perikanan dari PPN
Pelabuhan Ratu ke wilayah Jakarta dan sekitarnya
Kabupaten
Sukabumi berperan penting bagi pengembangan bisnis kelautan dan perikanan di
tanah air, mengingat potensinya yang besar serta posisinya yang strategis.
Letaknya yang strategis yakni, berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang
kaya akan sumber daya perikanan. Di sisi lain, lokasi Sukabumi secara geografis
juga berdekatan dengan Jakarta. Apalagi, Jakarta merupakan pasar lokal yang
potensial dan menjadi simpul bagi pemasaran produk-produk perikanan di wilayah
Jakarta dan sekitarnya serta kota-kota lainnya di Indonesia, sekaligus juga
menjadi pintu gerbang untuk ekspor komoditas perikanan ke pasar internasional.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Legenda
Pantai Pelabuhan Ratu tidak terlepas dari mitos penguasa Pantai Selatan “Nyi
Roro Kidul”. Legenda yang beredar di masyarakat tentang penguasa Pantai Selatan
tersebut terdapat dua versi, yakni menurut versi Sunda dan versi Jawa.
Berbagai
macam ritual dan penghormatan dilakukan orang untuk menghormati Kanjeng ratu
Kidul. Di Karang Hawu, Pelabuhan Ratu misalnya, terdapat tempat petilasan
(persinggahan) Ratu Pantai Selatan yang sering dikunjungi orang untuk melakukan
ritual tertentu. Komplek tersebut
dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Kehidupan
masyarakat tergantung pada sektor perikanan dan kelautan. Sebagian bersar
penduduk sekitar Pantai Pelabuhan Ratu bekerja sebagai nelayan. Tercatat, dari
bulan Januari hingga November 2012 aktivitas kapal yang masuk di PPN Pelabuhan
Ratu sebanyak 5.548 unit kapal, dan kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat
sebanyak 4.636 unit kapal. Sedangkan, perputaran uang di PPN Pelabuhan Ratu
berkisar Rp. 3- 5 miliar/hari.
4.2.Saran
·
Budaya yang masih kental di Pantai
Pelabuhan Ratu harus tetap dipertahankan sebagai warisan bagi generasi penerus
bangsa.
·
Infrastruktur yang ada di Pantai
Pelabuhan Ratu harus ditingkatkan dan dikembangkan karena pantai ini sangat
berpotensi sebagai investasi penghasilan bagi daerah Sukabumi sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
§ http://neomisteri.com/2013/06/legenda-ratu-pantai-selatan-nyi-roro-kidul/,
diakses pada tanggal 5 Maret 2014.
§ http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=433&lang=id
diakses pada tanggal 5 Maret 2014.
§ http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-kelautan-dan-perikanan/823-perikanan/11942-kkp-berencana-tingkatkan-status-ppn-pelabuhan-ratu-menjadi-pps
diakses pada tanggal 5 Maret 2014.
§ http://www.tempatwisataalam.com/pelabuhan-ratu-menyimpan-sejuta-misteri/
diakses pada tanggal 5 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar